TOLABUL ‘ILMI
MANUSIA IDEAL dalam pandangan Al Qur’an, adalah manusia yang mencapai iman dan ketinggian ilmu. Firman Allah dalam Surat Mujadilah (58) ayat 11 berbunyi sebagai berikut .
WA IDZAA QIILAN SYUZUU FANS YUZUU
YARFA’ILLAAHUL LADZIINA AAMANUU MINKUM, WAL-LADZIINA UUTULL ‘ILMA DARAJAAT(IN)
Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Ilmu merupakan bahan dasar untuk bertafakur, Ilmu
diperoleh melalui kesungguhan belajar. Seseorang sekalipun dianugerahi otak
yang jenius, tetap saja selamanya akan bodoh bila ia tidak mau belajar. Orang yang memiliki banyak
ilmu Syar’I (ilmu agama), tidak disangsikan lagi, akan dapat menghasilkan
tafakur yang berbobot. Itulah mungkin salah satu sebab mengapa Islam meletakkan
ilmu di atas segala-galanya. Karena dengan ilmu manusia bisa menjadi populer,
dengan ilmu manusia bisa menjadi kaya, dan dengan ilmu manusia bisa menjadi
berkuasa.
Sumber ilmu adalah Al Qur’anul Karim, Al Hadits dan
Alam semesta. Dalam al Qur’an terdapat kata-kata yang menyebut kata ilmu sebanyak 2.300 kata, kata-kata Allah
sebanyak 2.800 kata, sedangkan
kata-kata yang menyebut kata sholat
hanya 104 kata, Perbandingan antara
kata-kata Allah, ilmu dan sholat adalah 54%: 44% : 2%.
Dengan demikian sebenarnya Allah menghendaki agar manusia menuntut ilmu.
Karena bobot ibadah dengan dasar ilmu derajatnya lebih
tinggi dibandingkan dengan orang-orang beribadah tanpa dasar ilmu, yang hanya
ikut-ikutan. Sebagai contoh :
Seorang bapak yang karena hujan lebat tidak
sholat Maghrib berjama’ah di Mushola. Ia sholat dirumah berjama’ah dengan
anaknya yang usianya mulai menjelang dewasa.
Anaknya yang tidak bisa sholat bertanya kepada Bapaknya, “Pak Bagaimana
caranya, saya tidak tahu”. Sang Bapak menjawab : “Sudah ikuti Bapak saja”.
Sholat pun dimulai, sang Bapak bertindak sebagai Imam dan sang anak sebagai
ma’mun. Dari mulai takbir sampai sujud pertama sholat berjalan lancar, tidak
terjadi masalah apa-apa. Pada waktu sujud kedua sang Bapak berteriak “Aduh”.
Sang anakpun ikut berteriak pula “Aduh”. Sang Bapak berkata: “Kenapa kau ikut
berteriak ?”, anaknya menjawab “Kenapa Kau ikut berteriak”. Akhirnya acara
sholat menjadi acara pertengkaran mulut antara sang Bapak dan Anak. Setelah
diselidiki penyebanya adalah karena hidung sang Bapak terjepit bambu plupuh
balai-balai pada waktu sujud kedua.
Itulah contoh pentingnya ilmu dalam beribadah.
Hakikat
pertama dalam pencarian ilmu
pengetahuan pada diri manusia sesungguhnya adalah dalam rangka mengenal Allah
dengan segala konsekuensinya (tauhidullah).
Ini merupakan tujuan pertama dan utama. Untuk mengenal siapa Allah ? Bagaimana
Allah ? dan dimana Allah ?
Hakikat
kedua yaitu ilmu yang berkaitan
dengan pemahaman hidup kita didunia (manhajul
hayah). Apa tujuan hidup kita ini. Mengapa kita dihidupkan ? Setelah kita
hidup kenapa dimatikan ?
Hakikat
ketiga ialah yang berkaitan dengan
sarana kehidupan (wasaailul hayah). Bagaimana
harus hidup, bagaimana cara mencari nafkah, bagaimana berkomunikasi, bergaul,
silaturahmi dan lain sebagainya.
Banyak sekali riwayat Rasulullah saw yang menerangkan
keutamaan ilmu, salah satunya adalah sebagai berikut:
Seorang Anshar bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai
Rasulullah, jika ada orang yang meninggal dunia bertepatan dengan acara majlis
ulama, manakah yang lebih berhak mendapat perhatian?” Rasulullah saw pun lalu
menjawab, “Jika telah ada orang yang mengantarkan dan menguburkan jenazah itu,
maka menghadiri masjlis ulama itu lebih utama daripada melayat seribu jenazah.
Bahkan ia lebih utama daipada menjenguk seribu orang sakit,
atau shalat seribu hari seribu malam, atau sedekah seribu dirham pada fakir
miskin, ataupun seribu kali berhaji; bahkan lebih utama daripada seribu kali
berperang di jalan Allah dengan jiwa dan hartamu! Tahukah engkau bahwa Allah
dipatuhi dengan ilmu, dan disembah dengan ilmu pula. Tahukah engkau bahwa kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan
ilmu, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah dengan kebodohan?
Sayidina Ali
bin Abi Thalib, seorang sahabat Rasulullah saw yang sangat terkenal
kebijakannya berkata, “Barangsiapa sedang mencari ilmu, maka sebenarnya ia
sedang mencari surga. Dan barangsiapa mencari kemaksiatan, maka sebenarnya dia
sedang mencari neraka.”
Jadi tidaklah diragukan, barangsiapa menempuh suatu
jalan untuk mencari ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan
untuk menuju surga.
BAGAIMANA SIKAP
ORANG BERIMAN TERHADAP ILMU ?
Orang yang menumpuk ilmu akan dikecam Allah, demikian
juga orang yang menumpuk harta. Ilmu akan menjadi rusak, bila tidak diamalkan,
ia juga akan rusak bila pemiliknya merasa sombong dengan ilmunya, sebagaimana
banjir yang menghancurkan tempat yang tinggi.
Seorang ahli hikmah mengatakan :
“Ilmu itu ibarat
baterai (aki) mobil. Semakin sering mobil itu digunakan, maka akan semakin
besar pula muatan listrik baterai tersebut. Sebaliknya jika mobil itu
tidak/jarang digunakan, maka baterainya akan menjadi lemah dan akhirnya benar-benar
menjadi rusak”.
Allah berfirman bahwa setiap orang beriman diwajibkan
mengamalkan ilmunya, diwajibkan untuk menyeru, memanggil, mengajak, menghimbau
untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Sesuai firmanNya:
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran(3):104).
Rasulullah
saw pun
menegaskan pentingnya mengamalkan ilmu yang telah di miliki, sabdanya : “BALIGHUU
ANNI WALAU AYAH” , Sampaikan dariku walau satu ayat.
Dilain hadits Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia
ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan
Allah akan menolong dia dalam amalannya, sehingga ia mendapatkan surga. Dan
barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ia tersesat oleh ilmunya itu,
dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya, sehingga ia akan mendapatkan
neraka.”
Sayidina Ali bin Abi Thalib yang oleh Rasulullah
saw dijuluki sebagai pintu gerbangnya ilmu mengatakan, “Tiada kekayaan lebih utama daripada akal. Tiada kepapaan lebih
menyedihkan daripada kebodohan. Tiada warisan lebih baik daripada pendidikan.”
Jawaban-jawaban dari Iman Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang mana yang lebih
utama antara ilmu dengan harta, beliau menjawab :
·
Ilmu lebih utama daripada harta, ilmu adalah pusaka para nabi,
sedangkan harta adalah pusaka Karun, Sadad,
Fir’aun dan lain-lain.
·
“Ilmu lebih utama
daripada harta, karena ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah engkau yang
harus menjaganya.
·
Harta itu jika
engkau “tasarrufkan” (berikan), menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau
“tasarrufkan” malahan bertambah.
·
Pemilik harta
disebut dengan nama bahkil (kikir) dan
buruk, tetapi pemilik ilmlu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan.
·
Pemilik harta itu musuhnya banyak,
sedangkan pemilik ilmu temannya banyak.
·
Ilmu lebih
utama daripada harta, karena di akhirat nanti pemilik harta akan dihisab,
sedang orang berilmu akan memperoleh syafa’at.
·
Harta akan
hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tak akan rusak dan
musnah walaupun ditimbukn zaman.
·
Harta membuat
hati seseorang menjadi keras, sedangkan ilmu malah membuat hati menjadi
bercahaya.
·
Ilmu lebih
utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat
harta yang dimilikinya, sedangkan orang yang berilmu justru mengaku sebagai
hamba karena ilmunya.
Prof. Dr. Hamka
berkata :
Ilmu itu tiang untuk
kesempurnaan akal, Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah
datanglah bahagia, Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup,
bertambah datanglah celaka.
Iman tanpa ilmu sama dengan pelita
ditangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita ditangan pencuri.
28-11-2008
H. Achmad Zaini SH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar